Untuk memahami
konsep "Penolong yang lain", bahasa asli "allon
Parakleton". Nah, pertama, kita harus tahu konteks
seluruh ayat Alkitab. Kedua, harus mengerti konsep Yudaisme
waktu itu tentang maksud "penolong lain".
Dalam pengharapan
mesianik agama Yudaisme, gelar Messiah yang
ditunggu-tunggu itu bahasa Ibrani Menahem (Comforter, Penolong
atau Penghibur). Itu disebut dalam Talmud orang Yahudi.
Orang Kristen - berdasarkan
akar Yudaisme tadi - percaya bahwa Yesus itulah "Menahem"
(terjemahan bahasa Yunani: "parakleton") sebagaimana disebut
dalam 1 Yohanes 2:1 (dalam terjemahan Indonesia, "perantara", Bahasa
Malaysia "peguambela"). Lalu, menurut Yesaya fasal 11 ayat 1, karya
Messiah itu dikuatkan oleh ROH TUHAN. Karena itu kata "allon"
dalam bahasa Yunani, maksudnya adalah "another of the same kind".
Mengapa tidak
menggunakan istilah Yunani lain - "huteros", - yang
lebih berarti "another of a different kind"? Ini terkait
dengan ajaran Tritunggal/thalathath. Sebab secara kodrat Ilahi- sebagai Kalimatullah
- yakni Firman Allah. Yesus/Isa itu berdiam secara kekal dalam Bapa -yaitu Wujud
Allah. Cubalah mengkaji Yohanes 1:1 dan 8:42, dan itu bersama RohUllah,
yang keluar dari Bapa (Yoh. 15:26; 1 Kor. 2:10-11). Kerana itu, Roh Allah yang
bersama Firman Allah satu dengan WujudUllah itu disebut "Penolong yang
lain"…yaitu 'allon' - another of the SAME KIND. Dan ini juga cocok
dengan tafsiran Yahudi.
TAPI 'KAN
BARANGKALI MEREKA JUGA MEMPUNYAI ALASAN MENGAPA DITAFSIRKAN BEGITU?
Begini, paling banter
saja, tafsiran mereka mengutak-atik, bagi kata Parakletos itu. Ya,
seperti Darmogandhul mengutak-atik kata-kata Arab dengan makna bahasa
Jawa. Saya tegaskan, kata "Parakletos" (Comforter atau Penghibur)
itu, tidak boleh dibaca "Periklitos" (yang berarti:
"Termasyhur") karena tidak mempunyai bukti linguistik dan tekstual
yang kukuh. Dengan demikian, dekat dengan kata "terpuji", dan dalam
bahasa Arab: "Ahmad", atau "Muhammad". Ini betul-betul
ngawur dan hanya merupakan satu claim yang sembarangan dan wewenang!
Mengapa? Bahasa
Yunani itu berbeda dengan bahasa Ibrani dan Arab, dan mempunyai vokal dan
kosonan. Jadi, "Parakletos" tidak boleh diganti
katavokalnya dengan "Periklitos". Seperti kata Indonesia/Jawa,
"cowok", "cewek", "cuwek", -semua makna istilah
ini berbeda-beda. Masih ada orang yang menyangka: "Mungkin saja kata Periklitos
telah dipalsukan jadi Parakletos?"
Lebih amburadul
lagi, siapa yang mengganti itu? Dan bila ia diganti? Sebab
sekarang kita masih memilik sekitar 5000 manuskrip-manuskrip (tulisan tangan)
Perjanjian Baru. Bahkan Kanon Muratori (yang memuat pasal 1-14 Injil
Yohanes) yang berasal dari akhir abad pertama TM, juga terbaca "Parakletos"
dan bukan "Periklitos". Demikian juga seluruh naskah dan
mashaf Perjanjian Baru yang ada sampai hari ini, Codex Sinaiticus (abad
ke-4 TM). Codex Alexandrinus (abad ke-5 TM), dan masih banyak
dalil-dalil serta dukungan-dukungan bersejarah yang lain lagi.
TETAPI MENGAPA
SAMPAI DEMIKIAN CERITANYA? BILA, KIRA-KIRA MULAI ADA PENTAFSIRAN SEPERTI ITU?
Nah, sejarah dan
historis mesti diungkap. Saya tidak suka sekadar main "perang ayat",
seperti Ahmad Deedat, Abdullah Wasi'an. Dalam Kristian yang model apologetik
begini juga banyak. Tetapi itu semua tidak ilmiah.
Orang Muslim yang
pertama kali mengutip dari Injil Yohanes adalah Ibnu Ishaq dari abad ke-8
Masehi. Buah karya sampai kepada kita melalui kompilasi Ibnu Hisham, dalam buku
"Sirat An-Nabawiyyah" (The Life of Prophet Mohammed). Saya
mempunyai buku itu, ada 4 Juzz, saya membelinya di Amman, Yordania. Nah, Ibnu
Ishaq menemukan kutipan ayat Injil itu dalam kutipan Bahasa Suryani
(Aram) loghat Palestina. Dan itu tadi, kata Ibrani "Menahem"
langsung ditransliterasikan dalam bahasa Aram "Menahemna",
seperti kata Ibrani ha-Mashhiah (Kristus) menjadi bahasa Aram
d'Mashiha.
Penyalinan itu hanya
berdasarkan persamaan bunyi. Sama sekali bukan hasil penelitian filologi
yang ilmiah, Nah … kok itu 'mirip dengan "Muhammad?"'
Sehingga disimpulkan, Wa al-Munhamana, bi as-Suryaniyat, "dan
Munhamana itu bahasa Suryani", kata Ibnu Ishaq. Muhammad, wa huwa bi
ar-Rumiyat: al-Baraqlithus, sholallahu 'alaihi wassalam, "maksud,
Muhammad, dalam bahasa Yunani Baraqlithus (Parakletos), semoga sholawat dan
salam atas beliau". Tapi jelas sekali, itu hanya kemiripan bunyi.
ERTI kedua kata itu sama sekali berbeda, dan adalah TIDAK sama!
Tetapi,
sebaliknya, apa yang telah diajarkan oleh Sayidina Rabboni Isa sendiri? Dari
nas Injil Yohanes 4 : 24, Isa telah bersabda :
"Allah
itu ROH, dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan
kebenaran."
Baginda telah
mengajari wanita Samarii itu, dan juga kepada semua umat manusia, bahawa Allah
itu Roh dan hakikat ini pun sudah cukup jelas apabila Baginda menyatakan bahawa
tidak lama kemudian, Roh Allah sendiri akan mendorong, membimbing dan
menghidupi roh dan jiwa raga para pengikut-pengikut-Nya sendiri.
Yohanes 14 :
17 - "Dia - Rohul Kudus Allah, akan menyertai kamu, dan akan
DIAM DALAM KAMU."
Yohanes 7 : 37
- 39 -
"Dan pada
hari terakhir, yaitu pada kemuncak Perayaan itu, Isa berdiri dan berseru :
"Barangsiapa yang haus, baiklah dia datang kepada-Ku dan minum!
Barangsiapa yang percaya kepada-Ku seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari
dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran AIR YANG HIDUP.
Yang DIMAKSUDKAN
ISA ialah ROH yang akan diterima oleh mereka yang percaya kepada-Nya.."
Dari Kisah
Rasul-Rasul 1:8, Isa telah bersabda :
"Tetapi KAMU
AKAN MENERIMA KUASA, apabila Rohul Kudus TURUN KE ATAS KAMU. DAN
kamu akan MENJADI SAKSI-SAKSI-KU, Di Yerusalem, dan diseluruh Yudea
dan Samarii dan sampai ke HUJUNG Bumi."
Lalu, Roh
ul-Kudus Allah itu telah benar-benar datang, mengurapi dan turun serta mendiami
para hawariyun dan pengikut-pengikut Isa itu dan memberi KUASA kepada mereka
untuk menjadi saksi-saksi yang andal lagi berwibawa kepada Isa Al-Masih. Roh
Kuduslah yang menolong murid-murid Isa dan para Hawariyun menyempurnakan Amanat
Agung yang telah diperintahkan oleh Isa a.s. seperti terkandung di dalam Injil
Matius 28 : 18-20! Peristiwa ini sudah pun termaktub dalam Kisah
Rasul-rasul fasal 2 yang termasyhur itu!
Dalam semua ini,
kita tidak dapat memahami peranan dan identiti Roh ul-Kudus sebagai
malaikat 'Jibril' konnonya, sepertimana yang diandaikan oleh segelintir
pentafsir Muslim. Itu adalah salah satu salah-tafsiran yang janggal dan ketara,
sesungguhnya yang tidak disokong oleh mana-mana nas kitabiah dari
Taurat, Zabur atau pun Injil yang suci. Dan Sayidina Isa al-Masih sendiri juga tidak
pernah mengajari tanggapan yang janggal itu!
Ini saya
kemukakan dengan tanpa mengurangi penghormatan kita terhadap saudara Muslim.
Lebih-lebih gereja-gereja Arab Timur Tengah yang pusatnya justru dilindungi
oleh Islam. Di negara-negara Arab, meskipun secara teologis orang-orang Kristen
medari perbedaan mereka dengan Islam, tetapi tidak demikian dalam kehidupan
sosial politik dan budayanya.
Oleh karena itu,
Makram 'Ubaid, seorang Kristen Koptik berkata:
"Memang
benar, secara iman saya adalah Kristen, tetapi secara tanah air saya adalah
'Muslim'."
Ini juga bukan
basa-basi saja. Sejarah panjang gereja-gereja Timur Tengah membuktikan bahwa
umat Kristian bersama saudara-saudara Muslim mereka selalu seiring
sepenanggungan menciptakan masa depan mereka bersama.